Senin, 29 Juni 2009

Wong Died!

Jam 9.30 pagi tadi SMS A Kie masuk:

Kabar Duka Cita, teman kita Wong Bak Wei meninggal ditembak sama orang tak dikenal kemarin pagi di Johor Baru.....

O my God...Kaget banget aku. selanjutnya balas berbalas SMS sama teman-teman untuk cari tahu duduk perkaranya. Ternyata kabar itu bener.

Pertemanan aku sama Wong biasa aja, hangat hangat tahi ayam. For me, dia cukup menyebalkan. Dia pernah dibentak sama CEOnya salah satu perusahaan produsen Mie instant terkenal karena asal nyelutuk, dan ada beberapa kisah lain yang aku sekarang ingat-ingat. But however, thats part of life journey. Wish the family can cope with this. Met jalan Bak Wei.....

Berita kutipan dari The Straits Times
Man shot dead execution-style in front of wife

JOHOR BARU: A Sarawakian liquor dealer was shot dead execution-style in front of his wife and sister along the busy Pesiaran Molek yesterday.
Wong Bak Wei, 42, his wife and sister were on their way to Taman Molek from their home in Taman Permas Jaya at about 10am when their car was knocked on the right side by a vehicle going in the same direction.

Thinking it was a minor accident, Wong stopped by the roadside as did the driver of the other car.

As Wong alighted to check the damage to his car, the driver of the other vehicle got out and walked towards him and fired a single shot to his right temple.

Initial investigations revealed that the gunman's motive was to kill Wong and not robbery.
The gunman did not take anything from Wong's wife and sister or from their car. Instead, he walked back to his car and drove off.

Police have not ruled out the possibility of a hired gunman and that the murder was carefully planned.

It is believed that the gunman, who may have had an accomplice, had followed Wong from his house before seeing the opportunity to move in for the kill.

Police are investigating the case from various angles, including business rivalry, revenge or road rage.

Seri Alam police chief Superintendent Roslan Zainuddin, when met at the scene, said Wong had died on the spot.

Wong's body was sent to Sultanah Aminah Hospital for a post-mortem.

His wife and sister, whose identities have been withheld, are in shock and not yet able to give police the description of the gunman. They also cannot remember the registration number or model of the car used by the gunman.

"They only told us that it happened very fast," Roslan said.

Wong has a factory manufacturing liquor and wine in Sarawak. He has been supplying his products to entertainment outlets in Johor Baru for several years.
By : Jassmine Shadiqe

Minggu, 28 Juni 2009

You Are Not Alone

Ya ampun, aku kok tiba-tiba mewek saat dengar lagunya Jacko "You Are Not Alone...", diputar berkali-kali hari ini hampir di semua TV, lokal maupun asing.

Ingatan ini terbang ke tahun 95-96.....saat aku kesepian banget di kantor (kantorku masih di servcorp , service office dimana penyewanya mayoritas perusahaan-perusahaan asing kaya punyaku).
di lot ku, hanya ada aku dan si Cam...(nama belakang gak usah sebut, doi cukup terkenal soalnya) yang kerja di Star World TV.
Hati lagi haru biru, sedih dan sendirian, kangen but he was out there somewhere...dari luar aku dengar suara Si Cam bersenandung..."you are not alone, I am here with you...dan lagu Jacko pun berkumandang mengiringinya.

Wadowwww, ngintip aku jangan-jangan dia. Kutengok dia dari tirai kaca ruanganku....iye bener dia liat aku senyum senyum. Halahh, dia juga lagi alone di ruangannya rupanya..he..he. Aku ketemu Cam lagi tahun 2003-an I think. We had lunch in Shangri-la. Dia dah tak di Star World tapi di bajak perusahaan Indo. Habis itu, gak tau dia dimana sekarang.


Another day has gone
I'm still all alone
How could this be
You're not here with me
You never said goodbye
Someone tell me why
Did you have to go
And leave my world so cold

Everyday I sit and ask myself
How did love slip away
Something whispers in my ear and says
That you are not alone
For I am here with you
Though you're far away
I am here to stay

But you are not alone
For I am here with you
Though we're far apart
You're always in my heart
But you are not alone

Maid Abuse......

Ada berita penyiksaan TKW lagi di TV barusan. Gak terlalu aku seriusi karena lagi makan siang. Makan pasnya ditemani berita-berita ringan, jangan yang berat-berat bisa hilang selera.
Tapi berita sekilas tadi mau tak mau membuat aku ingat cerita teman teman expatku dulu, apalagi korban yang disebut tadi berasal dari luar Jawa. Ho..ho ada apa pula itu ?
Temanku ini orang Singapore keturunan India. Dia sering datang Jakarta sebagai Technical Consultant. Kami sering invite TC dari Headquarter untuk bantu suatu project. They will come in and out selama masa project berlangsung. Can be one month or up to 6 month and more.
Ceritanya, dia punya pembantu dari Indonesia. Maklum, ibunya sekarang tinggal sama dia, sementara dia nggak mau istrinya kerepotan karena mereka sendiri sudah punya dua anak yang masih kecil. Makanya diputuskan ambil maid to help. Eh bukannya beban jadi ringan, yang di dapat malah living in hell. Kok bisa?
Mereka dapat pembantu yang asalnya dari Kupang atau NTT gitu. Kayaknya belum lulus training atawa gak pernah di training langsung diitempatkan. Bayangkan, bahasa Inggris gak bisa, jadi hare-hare komunikasi ala kadarnya. Orangnya tidak sigap alias disuruh baru dikerjakan. Kalau di kasih tahu hanya diam saja, nggak tahu paham apa nggak. Bangunnya siang, kalau nyuci nggak pernah bener. Berapa banyak baju sudah kelunturan, karena dia nggak tahu cara atau bahkan nggak mau repot misahin baju, semuanya tuang di machine wash biar cepet kelar. Belum lagi gosok baju yang nggak licinlah, cuci piring nggak bersih dan sederet lagi permasalahan.
Minggu-minggu awal, baik nyonya rumah maupun pembantu masih bisa saling menahan diri, karena mungkin mahfum ini masa perkenalan. Tapi minggu berganti minggu suasana jadi semakin panas. Pembantu ini kalau di tegur mulai menunjukkan muka masam dan perilaku dablek…tau kan? Itu tuh…perilaku cuek dan membangkang. Wah temenku pusing juga nih. Setelah situasi mulai gawat dimana si Istri udah mulai gemes , nggak tahan lagi, kata-kata bentakan mulai bertebaran di rumah….That’s it, enough! “I sent back the maid to her agency before it become criminal story”, katanya. Dia ngeri juga jika mereka terlibat abuse karena situasi yang sudah tidak kondusif begitu. Wah, langkah yang tepat juga kupikir. Get out before it get worse.
Dua bulan berikutnya, pas dia datang lagi, dia kabari bahwa dia punya pembantu baru. Asalnya dari Jawa tengah. Waduuh yang ini ceritanya kayak langit dan bumi dibanding yang dulu. Keluarganya lagi falling in love with this maid. Kenapa bisa? Ya iyalah, wong mereka dapat mbak-mbak yang alus, patuh dan rajin.
Bayangin, pagi buta dah bangun bersih-bersih rumah. Sama ibu sepuh (ibunya temanku) gemati. Merawat banget. Suka pijati kaki si ibu bahkan sampai urusan mandipun di tangani. Anaknya patuh (tipikal orang jawa) yang kalau di ajak bicara nunduk dan nggih-nggih.
Orang Singapore atau orang asing lainnya yang jarang ketemu hal begini pastilah so surprise dan jadinya memuja mereka banget. He..he.
Ada temanku dari Malaysia (aku panggil dia Datuk karena gayanya yang kayak penggede) yang sampai antar si pembantu pulang sampai ke Sragen tiap kali pembantu ini cuti tahunan. Anak-anak pembantu ini dia biayai sekolahnya, saking sayangnya sama pembantunya.
Duh, aku juga pingin begitu, kayak dulu pas Emak /grandma masih ada. Dia punya pembantu yang tinggal sama dia luamma banget.
Summary dari kisah tadi, rasanya latar belakang pembantu akan sangat berpengaruh. Karena kebiasaan, tata karma dan lain-lain beda antar daerah. Makanya jaman dulu orang tua kalau cari pembantu selalu cari daerah jawatengah sana (temanggung, parakan,grabag,purworejo, klaten dan sekitarnya).
Nggak bisa disalahkan juga jika orang luar pulau kurang bisa ber unggah-ungguh seperti di Jawa (No offend lho..)jika kebiasaan mereka adalah spontan dan blak-blakkan misalnya. Kan budaya beda-beda. Pihak agency yang harus bisa jeli dan memberikan pelatihan lebih mengenai culture differ ini sebelum melepas tenaga kerjanya di lapangan. But…siapa sih yang mau rugi ngurusin begini…..?

Jumat, 26 Juni 2009

Yanti , Bekas Mertua dan anak-anaknya.

 Kemarin, pas lagi duduk baca Koran di ruang makan, Yanti datang mendekat. Seperti biasa, senderan di meja panjang yang buat setrika. Ehem… ini artinya, dia pengen ngajak ngobrol. Curhat gitu. Okay, aku siapin diri.
“Bu, anak saya yang kecil mau di minta sama mertua saya, menurut ibu bagaimana? “ mulainya.
Wallahh… topic berat ini. Aku lipat korannya. Duduknya di ubah hadap dia lalu mulailah heart to heart talking ini.
“emang anakmu mau Ti? Si kecil ini, perempuankira-kira 2 tahun usianya.Sejak lahir gak diurus bapaknya. Sejak masih orok di sia-sia in. sampai sekarang pun bapaknya nggak menafkahi bekas istri dan dua orang anak yang di telantarkan ini. Wong pas hamil si kecil, bapaknya kawin lagi sama perempuan lain. Yanti tidak mau di madu, makanya mereka cerai. Anak-anak ikut ibunya Yanti. Yanti ikut aku. Aku majikan kedua. Di majikan pertama dia hanya bertahan dua bulan sebelum akhirnya dia diselamatkan oleh my late Dad. Maklum, katanya sering melamun pas kerja, jadi majikannya nggak suka dan mau pecat dia. Habis gimana, barusan cerai gitu. Bumi dan langit pastilah serasa runtuh.
“Anaknya mau bu, saya juga heran. Biasanya dia nggak mau ikut siapapun selain saya atau ibu saya. Ini kemarin mertua saya datang bawa mereka liburan ke tempat mertua saya. Eh si kecil mau di suruh tinggal disana”. Gimana ya bu….saya bingung.
“Lho, yang kecil aja yang di ajak? Kakaknya ndak? “. Anak pertama Yanti, laki-laki , mau naik kelas dua SMP.
“Yang besar nggak mau, Cuman yang kecil aja”. Saya bingung bu.
Terus mertuamu nanti nanggung semua biayanya? 
“Nggak bu , tetep saya..” Whatt?!! Lhah ..lah, kok lucu gini. Wait a minute, mesti ajarin Yanti nih..
Ti, yang namanya anak kecil biasa lah. Kalau lagi suka ya mau aja ikut. Apalagi dia ikut ibumu kan dah lama. Begitu ikut mertuamu dan dapat hal-hal baru pastilah seneng. Makanya mau aja di ajak tinggal mereka. Liat aja si Vel (anak angkat ku), dia nggak pernah mau ditinggal maminya kan. Sekarang, si kecil Vel lagi di Bandung sama neneknya. Maminya uda ngacir ke Cirebon. Vel lagi happy happy hura-hura, karena bisa maen terus di Bandung.
Sekarang masalahnya, kamu kan cukup kenal lama sama mertuamu, apalagi tinggal sama mereka sepuluh tahun lebih. Baik hati nggak? Bisa urus anak gak? Sama kamu baik dulu?Sama tetangga bagaimana? Kalau udah tahu, kamu bisa putusin, boleh ndak si kecil di pelihara dia.
Terus ,masalah biaya. Harusnya mereka bantu. Apalagi bapaknya, yang adalah anak mereka, punya kewajiban ngurusi anak-anaknya. Dosa kalau sampai nggak mau tahu begitu. 
Jalan hidup orang memang aneh kadang. Cerai, pisah, kawin lagi…… semua mungkin sudah digariskan. Tapi yang namanya kewajiban ya tetap harus di pikul. Apalagi anak-anak ini punya hak untuk di rawat dan dipelihara sampai mereka cukup umur untuk dilepas. 
Wis ngene wae Ti, bilang sama bekas mertuamu itu. Mereka boleh minta si kecil. Tapi mereka punya kewajiban merawat dia sebaik-baiknya. Ajari mereka untuk inget dan hormat sama ibunya. Minta mereka sekolahkan si kecil dengan benar. Kalau mereka sanggup. Iklaskan Ti. Mungkin ini jalan yang lebih baik buat si Kecil. Ibumu di kampungkan cucunya banyak banget. Nah, Mertuamu kan cucunya baru dari kamu. Mestinya anakmu lebih dapat perhatian.
Yanti diem sambil manggut-manggut. Moga dia diberi pencerahan.

Gigi Yanti – God has lead a way….

Hari ini aku pulang ke rumah, setelah hampir 4 hari sibuk ke Yogya dan acara lain di luar. Wah, si Yanti menyambut dengan bahagia banget. Mukanya ber seri-seri pas lihat aku buka pintu.
“Ee..ibuu….sudah pulang….” sapanya , sambil tergopoh-gopoh turun dari lantai atas. … ya ampun, aku merasa salah ninggalin dia sendirian berhari-hari.
“Ibu pasti capek banget ya…tanyanya medok logat Purwoketo. 
“Iyo iki Ti….. capek buanget. Yanti mulai sibuk di dapur sambil nanya aku mau dibuatkan teh panas manis, mau makan apa. …hheh, terharu deh.
 “Omah ora opo-opo tho Ti ?” tanyaku. By the way , kami biasa bicara campur-campur , boso jowo campur bahasa Indonesia. Tapi kalau sama my Mom and my late Dad, dia pakai bahasa jawa kromo (bahasa jawa halus)
Yanti bilang nggak ada apa-apa. Cuman kemarin alarm luar bunyi keras. Dia sudah cari asal bunyi ke seluruh pelosok ruangan, ternyata bunyi berasal dari luar unit. Dia ikutan keluar sampai suasana tenang kembali. Good. Yanti sudah aku ajari hal-hal seperti ini – untuk antipasti dan tahu how to react supaya nggak panic. Cerita pun berlanjut, dan aku duduk sabar dengerin sebagai penebusan dosa sudah ninggalin dia lama.
Dia terus kan kabar kabarinya, tapi yang satu ini dia nampak ketakutan…….
“Bu..bu, saya ngimpi gigi saya copot…,”lanjutnya. Mukanya tegang.  
“.. Eh saya sampe terbangun, dan bener lho bu….gigi saya lepas,…ilang!. Saya takut banget…..
“Mosok tho Ti ?” (Aku ikut kawatir nih. Biasa…., orang jawa kan kebanyakan mitos.,)
“Iya , bener bu….”, suara Yanti keras banget karena exiting. Wadow, tetangga pada denger nih, soalnya kita ngobrolnya di dapur. Area dapur di apartement kami dibuat berventilasi banyak. Jadi suara obrolan di dapur pasti kedengaran di dapur sebelah.
“Saya cari-cari ndak ketemu, saya sudah takut banget. Sampai pokoknya mau pulang kampong kalau gigi saya nggak ketemu”. Aku lihat mulutnya pas dia asyiik laporan, lho giginya utuh kok??!! tetap nempel gitu?
Yanti paham lihat aku bingung gitu, trus dia jelaskan lagi….bahwa setelah dicari-cari lama, tuh gigi ada dibawah bantal.
Dengan wajah kawatir dia tanya, “kok bisa dibawah bantal ya bu, aneh kan bu? Saya gak bisa tidur sampai pagi. Halah…jujur, aku juga mikir rada aneh juga, wong si Yanti ini orangnya anteng teng. Kalau naik kereta – dia tidurnya pake satu gaya saja, gak bolak-balik, gak ngulet-ngulet. 
Aku tahu ke kawatiran dia. Baru minggu lalu kami balik dari Bandung. Dia aku suruh pulang ke adiknya yang sakit ginjal, nengok sekalian lepas kangen. Cerita tentang si adik sakit ini juga aneh.
Ceritanya, 2 minggu lalu, udah tiga hari an nih si Yanti nggak nonton TV. Di kamar terus. Aku pulang pun dia di kamar. Biasanya dia keluar menyambut diriku. Waktu di Tanya ada apa, Cuma senyum lemes, gak apa-apa katanya. Sakit juga nggak. Ya udah, karena aku juga sibuk sama masalahku, I just leave it like that. Sampai hari jumatnya, aku kok pingin pulang Bandung ngajak dia ya….(Jarang banget ajak dia pokoknya).
Waktu aku bilang supaya besok siap-siap ikut ke Bandung, barulah jelas mendung apa yang selama ini menggantung di pikiran nya itu. Adiknya sakit ginjal. Masuk rumah sakit. Dia kuatir sekali akan adiknya ini. Tiap malam sembahyang dan mikirin si adik terus.
Jadi pas aku ajak dia, dia kayak ketiban berkat. Bapa jawab doanya.
Kembali ke mimpi Yanti……
Untuk bikin dia nggak kawatir aku tenangin dia. Kubilang, hal kayak gitu bisa terjadi. Apalagi gigi dia memang sedang bermasalah. “Kamu mikirin gigi terus Ti, makanya kebawa-bawa mimpi. Nah kalau gigi bisa di bawah bantal , bisa aja. Kalau kita banyak pikiran, tidur jadi gelisah. Gigi, kaki bisa sepak sana sepak sini.
Aku minta dia segera periksa besok, di hospital depan apartmen. Tanya berapa biayanya, nanti aku bantu. Karena aku tahu, dia tidak periksa karena takut biayanya mahal. He..he… wajah Yanti berseri-seri dengar itu.
Tuhan buka jalan buat Yanti. Dan terimakasih aku bisa dipakai jadi saluran berkatmu.