Sudah hampir dua bulan ini saya rajin sekali melakukan pijat. Sudah banyak ahli pijat yang aku datangi. Baik yang modern, super modern sampai yang traditional.
What happened to me?
Dari simpton sakitnya sih, ketahuan kayaknya ada urat yang terkilir dan syaraf yang terjepit. Sebenarnya salah I sendiri sih. Terlalu meremehkan kasus, mengganggap enteng dan tidak ditindak lanjuti.
Aku harus menelusuri kasus ini dari awal, supaya bisa menjelaskan ke orang2 tersebut di atas tiap kali mereka tanya penyebabnya.
Tuduhan utama adalah saat I tergelincir di rumah partner. Dengan my signature high heel, telapak kakiku sampai hampir berbentuk 180o dari yang seharusnya 90o gara-gara nggak ngelihat ada anak tangga di lantai tersebut. Sakit sih saat itu, tapi ditunggu seharian, nih kaki nggak bengkak banget, hanya biru diikit aja. Makanya, cuek aza, life goes on.
Setelah itu, pas ke Makasar, aku salah tidur. Leher nyeri sampai ke bahu. Itu pun ke udian menghilang dengan sendirinya setelah 1 mingguan.
Tapi....sejak itu, ada saja rasa nggak nyaman tiap kali jalan lama atau berdiri lama. Sakit mulai menjalar dari pangkal kaki (tungkai?) naik sampai ke pinggang.
Nah, kejadian terparah saat aku dan keluarga ke Universal studio Singapore (see my posting about ini). You know how torturing kami harus ngantri luama, berdiri berjam-jam begitu.
Disinilah kasus mulai jadi serius. Rasa sakitnya sudah kebangetan. Menggigit nyerinya. di pinggang belakang ada kayak kelereng yang besar (dianggap besar sama si Rosa saat dia pegang dan urut, parah ini katanya).
Pulang dari Universal studio itulah perburuan tukang pijat dimulai. Yang aku datangi mula-mula tentunya tempat massage langgananku (BS) di Kelapa gading. Dari mulai pijit sampai reflexy, sakit tak berkurang. Kemudian atas recomensai teman, aku coba SS di kelapa gading juga, katanya tukang pijatnya beneran. Khusus pijat untuk sehat. Jadi kesanalah diriku. Sampai tiga kali kesana, tetap saja nggak berubah.
Aku datangi juga tempat pijat sehat F di sunter, yang katanya milik bekas atlit bulutangkis terkenal, dimana tukang pijatnya dilatih khusus oleh tukang pijat PELATNAS. Kebayang kan how high is my expectation untuk disembuhkan di tempat ini. Pijatan di sini lumayan dibanding tempat-tempat pijat sebelumnya. hanya tempatnya nggak nyaman. Sempit dan noisy. Saya suka tempat yang tenang untuk pijat.
Kemudian aku ke professional Chiropractor di Sudirman. Ini dokter yang tangani. Dari Australia. Dokternya cakep, sampai si Egi terpesona pas nemeni saya kesana. Aku di obati. Caranya; tulang belakangku di scan, di cari ruas-ruas yang mungkin cedera. Hasilnya ada beberapa yang mungkin memar tapi secara keseluruhan, my tulang belakang is good and healthy. jadi mungkin ada syaraf yang sedikit kejepit. Maka dimulailah sesi terapi kami. tiap minggu 2x aku di terapi. Per hari aku nulis ini, mungkin sudah jalan 6x terapi. per terapi Rp. 350,000 - 650,000 (aduh mak...mending buat belanja sepatu). Aku nggak boleh pakai high heel (hi..hi....ini jadi alasan baru untuk aku bisa mulai koleksi cute sandals). Tapi, tetap, tidak maksimal (atau belum maksimal ya, karena aye nggak sabar gitu). rasa sakitnya on and off. Sampai aku datangi juga Cirebon gara-gara Rosa adik aye promosi bu Nimah, tukang pijat langganannya yang katanya tiada duanya (Nyokap juga bilang begitu karena nyokap juga kerajingan sama ibu ini).
Aku di urut/ di pijat bu Nimah dua jam lebih hanya di kaki kanan thok. Ya ampun, sakiit bok!. Cuma aku tabah, nggak pakai teriak-teriak. Sampai si ibu dan Rosa heran, kok kuat sih loh.....(hmm, nggak tau dia kalau kakaknya sudah terbiasa tahan menderita.......he..he..he...amit-amit nggak mau menderita ding!).
Menurutku ibu Cirebon ini nggak sehebat yang di gambarkanlah. Atau mungkin tipe pijatannya kurang tepat buat I, karena I nggak suka pijat yang keras.
Hasilnya? selama hampir dua bulan ini, you can find bruises all over my body. Gimana nggak, tuh ibu-ibu selalu semangat ngelurusin urat yang kata mereka mrengkel-mrengkel. mereka paksa, sampai urat itu lemas dan lurus lagi. Mereka sadis-sadis, nggak mau mendengar permohonan aye minta di kasihani. Paling-paling mereka bilang (ehem, yang cukup membuat aku tersanjung nih...) aduuh ibu kulitnya halus sekali, makanya dipijat sedikit sudah sakit dan gampang merah. he..he kalau itu, aku sih setuju. Wong ngrawatnya saja telaten. boy friends menyanjung juga hal ini.
Aniway, aku masih berusaha menyembuhkan diri. Dan it much much better now. Apalagi si dokter cakep telaten ngajari aku stretching yang benar. Aku semangati diri terus. Apalagi I cannot live without my high heels. I will be back stronger!
Jumat, 14 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tukang pijetnya di cirebon nya dimana mba?
BalasHapusTQ