Words....don't come easy to me.....
Wadow.....susah amat sih menuangkan kalimat pertama dalam sebuah tulisan.....!!!
Padahal inspirasi udah bejubel di kepala, mau tumpah.
Sudah hampir setaon ini, I pingin mulai nulis. Jujur, itu semua karena ter inspirasi oleh my friend Amelia Masniari, yang semua karangannya I koleksi. Mulai dari karya pertama sampai karya terakhir. Yang I koleksi yang bertanda tangan doi pula, gile ya! (iya... he..he). I termasuk pembaca berat tapi keren heh..heh, karena personality aye bukan kayak tipicaly si kutu buku.....thanks to my Dad and Mom yang menularkan kebiasaan membaca sejak dari kuecil. Buku-buku koleksi I banyak di tanda tangan langsung oleh para penulisnya. Wah , this is good for investment! siapa tahu bisa dilelang besok besok hari.
Yang I baca juga lengkap, Fiction, non Fiction lah. Novel, Autobiography, True Story, education, Life enlightment, History, Economy, Technology, health, business so on and so forth.
Di rumah sampai punya lemari library. Lemarinya dulu, ruangnya kagak, karena I lebih suka baca di kamar tidur, teras atau saat travelling. Baik travelling sendiri, sama keluarga atau sama my man, buku almost ada.
Di keluarga, I emang menonjol untuk urusan karya mengkarya.
Pas SD, bacaanku pastinya Bobo, Kuncung, Asterix/ Tintin, ria film dan buku-buku detektif kriminal yg sebenarnya tak layak baca. Habis bagaimana, mak and babe suka baca itu.
Menginjak SMP, koleksi bacaan meningkat. Karangan Karl May (itu tuh yg bikin Winetou, Lord Shutterhand, Lord Shutterland) habis di embat. Yang bikin amaze gue, my dad ternyata baca Karl May juga waktu kecil...hebat juga lho untuk jaman perang dan serba kekurangan serta pendidikan terbatas begitu. Artinya my Dad berpikiran maju. Karangan Enid Blyton (Lima Sekawan, sapta Siaga, Seri si Kembar dll) yang ber seri panjang-panjang juga habis dibaca. Apalagi Novel-Novel clasic seperti Little Woman, Emma, Great Expectation,Pride & Prejudice, Uncle Tom's Cabin...Charles Dickens, Jane Austen.... wow my favourite. Pokoknya kartu anggota perpustakaanku paling sering diganti, karena penuh terus.
Koleksi-koleksi yang lebih berat juga masuk pas SMP ini, karangan Barbara Cartland, Alistair Mclean,Agatha Cristie, Alfred Hitchcok, Sherlock Holmes dan semi porno ter gandeng deh. Tapi kita aman-aman aja dari sidak nyokap. Soalnya aku dan si Cathy (my big sist) kompak powder untuk urusan sembunyi menyembunyikan. Walaupun selera kita beda lumayan jauh, doi suka roman picisan karangan pengarang indonesia, I lebih "high Class", karangan barat. Tapi untuk urusan yang semi porno, sama.
Di SMP ini aku menghasilkan karya tulisan pertamaku. yang baca? ya kakakku itu. Yang kasih komentar juga dia. Wong aku nggak punya nyali nunjukin ke yang lainnya. Untung komentar dia cukup positif, nggak bikin nafsu berkarya surut. Sekarang, tulisan itu mungkin udah ikutan di rombeng ama nyokap (barang rombeng= Barang kagak kepakai lagi, biasanya dijual ke tukang rombeng yang datang sebulan sekali)
Nah di SMA, bacaan agak lebih alim karena takut dosa. Maklum - masa itu kenal persekutuan remaja, bacaan dan tingkah laku lumayan lurus-lurus aja. (Walaupun perubahan ini justru membuat keluarga kuatir, karena I dianggap rada-rada extrem. Kok bisa? habis, waktu di abiskan disini, jadi pengurus, retreat, kunjungan sana-kunjungan sini. Banyak berdoa (hi..hi..hi). Keluarga nomor sekianlah.
Note: semakin lama semakin dewasa, cara pengenalan kita terhadap kehidupan religy semakin matang. Thanks God, You give me a lot hikmat dari banyak hal yang bisa aku baca dan pelajari di kehidupan nyata. Sehingga aku cukup berani bersikap sesuai yang aku anggap benar. Bukan karena tekanan, perintah dan ditakut takuti.
Di keluarga, I juga terkenal akal (I think my dad proud of me so much). TV yang rusak jadi betul hanya karena iseng kita pegang-pegang atau kita gebrak. Sampai sebal kalau tiap ada barang electronic bermasalah, bokap minta bantuan (salah kita sendiri juga ye......nunjuk2kin). Kalau sudah begini, pengen rasanya punya kakak laki-laki. Bakat seniku nonjol dari dulu.
Bayangkan di SMP udah ikutan les dansa. Yang ngajar guru dansa terkenal di kotaku, bu Heidy namanya. Sayang, pelajaran agak terganggu gara-gara sepupuku ternyata les disana juga (hmm...kecil-kecil udah main intrik, bad!)
SMA, hasil lukisanku pernah mau dipamerkan sama guru kesenianku yang populer itu (sekarangpun masih populer di Indonesia) Soetanto Mendut.
Aku kadang maen ke padepokannya, ketemu sama seniman-seniman senior seperti Eddy Harra dll.
OK, to make the writing sort, intinya sekarang ada desakan luarbiasa dalam diri ini untuk menulis lagi. Tapi ya itu tadi, Words.....won't come easy to me.
Rabu, 17 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar